Di antara berbagai bentuk tarian sosial yang berkembang di Eropa, Country Dance Inggris memegang posisi unik sebagai ekspresi budaya yang berhasil melintasi batas-batas kelas sosial dan mengalami kebangkitan berkali-kali. Tarian yang dicirikan oleh formasi pasangan dalam barisan atau lingkaran ini bukan hanya sekadar serangkaian langkah, melainkan sebuah fenomena sosial yang mencerminkan etiket, kontroversi, dan semangat komunitas. Dari balroom era Stuart hingga kebangkitan abad ke-20, Daya Tarik Country Dance terletak pada sifatnya yang inklusif dan keragaman koreografinya yang menantang namun tetap menyenangkan. Tarian ini berhasil bertahan dan berevolusi, menjadikannya salah satu warisan tari sosial Inggris yang paling abadi.
Dokumentasi tertua dan terlengkap mengenai tarian ini berasal dari publikasi yang sangat berpengaruh, The English Dancing Master, oleh John Playford pada tahun 1651. Buku ini bukan sekadar koleksi melodi; ia merinci ratusan koreografi, sering kali dengan nama yang jenaka seperti Black Nag atau Hole in the Wall. Pada periode Restorasi (setelah 1660), popularitas Country Dance meledak, menjadi kegiatan sosial yang wajib ada dalam pesta-pesta baik di pedesaan maupun di istana Raja Charles II. Fleksibilitas formatnya—mulai dari tarian barisan panjang (longways set) hingga tarian lingkaran (round)—memungkinkan partisipasi banyak orang sekaligus, membedakannya dari tarian pasangan yang lebih kaku seperti tarian istana Prancis.
Namun, kepopuleran Country Dance tidak lepas dari kontroversi. Meskipun tarian ini sangat disukai oleh rakyat dan bangsawan, para kritikus moral pada abad ke-17 dan ke-18 sering mencela tarian ini karena dianggap terlalu akrab dan kurang sopan. Formasi berbaris yang memungkinkan pasangan untuk bertukar dan berinteraksi secara dekat (seperti dalam gerakan hands across atau siding) dianggap terlalu bebas, terutama oleh kelompok Puritan yang konservatif. Pada tanggal 10 April 1709, sebuah pamflet anonim beredar di London, menuduh tarian ini sebagai “penggoda moralitas,” menunjukkan ketegangan abadi antara ekspresi artistik rakyat dan etika sosial yang berlaku. Meskipun demikian, daya pikat dan kecepatan tarian ini—yang memberikan rasa kebersamaan yang kuat—membuat kritik tersebut gagal membendung penyebarannya.
Pada abad ke-19, Country Dance sempat meredup di balai-balai kota besar, digantikan oleh tarian baru yang lebih modern, seperti Waltz dan Quadrille, yang menawarkan gaya berpasangan yang lebih intens dan formal. Namun, Daya Tarik Country Dance justru menemukan pelindung baru di antara para kolektor dan revivalis rakyat. Kebangkitan tarian ini dihidupkan kembali secara signifikan oleh Cecil Sharp (1859–1924) pada awal abad ke-20. Sharp, seorang guru musik dan peneliti folklore, mendokumentasikan langkah-langkah tarian yang masih bertahan di desa-desa terpencil Inggris, menyelamatkan warisan budaya yang terancam punah. Usahanya memuncak pada tahun 1932 dengan berdirinya English Folk Dance and Song Society (EFDSS), yang didukung oleh donasi publik senilai £5.000 (setara sekitar £375.000 hari ini), untuk melestarikan dan mengajarkan tarian ini.
Melalui upaya para revivalis seperti Sharp, Daya Tarik Country Dance terus berlanjut hingga saat ini. Tarian ini, dengan musik yang ceria dan struktur yang berfokus pada komunitas, melambangkan persatuan dan kegembiraan. Ia membuktikan bahwa warisan budaya yang dimulai dari lapangan desa dapat menemukan tempat abadi di tengah masyarakat modern yang kompleks, terus menyatukan orang-orang melalui irama yang tak lekang oleh waktu.
