Dari Lapangan Desa ke Balai Bangsawan: Evolusi Tarian Abad Pertengahan di Eropa

Eropa pada Abad Pertengahan (sekitar abad ke-5 hingga ke-15) adalah masa transisi budaya yang mendalam, dan salah satu cerminan paling hidup dari perubahan sosial ini dapat dilihat dalam seni tari. Perjalanan Tarian Abad Pertengahan di Eropa dimulai dari akar komunalnya di lapangan desa, di mana ia berfungsi sebagai ritual kesuburan, perayaan panen, atau sekadar pelepasan kegembiraan komunal, sebelum akhirnya diadaptasi dan dihaluskan untuk balai-balai bangsawan dan istana kerajaan. Evolusi ini menunjukkan bagaimana ekspresi seni dapat dipengaruhi oleh hierarki sosial dan kekuasaan.

Pada periode Abad Pertengahan Awal (sekitar 500–1000 M), sebagian besar tarian yang tercatat adalah tarian rakyat yang berulang dan improvisatif, sering disebut sebagai Karol (atau Carol). Tarian ini dibawakan dalam bentuk lingkaran atau barisan, di mana para peserta menyanyi sambil bergerak. Catatan dari Uskup Theodulf dari Orléans, yang dikeluarkan sekitar tahun 800 M, mencela praktik tarian yang tidak senonoh di halaman gereja, yang secara tidak sengaja mengonfirmasi bahwa tarian (meskipun dikecam oleh pihak gereja) adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat, bahkan di sekitar institusi keagamaan. Tarian-tarian ini bersifat inklusif, melibatkan hampir semua anggota masyarakat, dan fokus utamanya adalah pada gerakan tubuh yang sederhana, hentakan kaki, dan sinkronisasi kelompok.

Namun, seiring berkembangnya feodalisme dan terbentuknya kelas bangsawan yang berbeda, tarian mulai terbagi. Pada Abad Pertengahan Akhir (sekitar 1300–1500 M), tarian mulai mengadopsi struktur yang lebih formal dan memerlukan keahlian teknis yang lebih tinggi. Di istana-istana Italia dan Prancis, muncul genre tarian baru yang dikenal sebagai Basse Danse (tarian rendah). Berbeda dengan Karol yang melompat-lompat, Basse Danse ditandai dengan gerakan kaki yang halus, anggun, dan langkah-langkah yang menyeret di lantai, yang dianggap lebih bermartabat dan pantas untuk bangsawan yang mengenakan pakaian berat dan mewah. Tarian ini mewajibkan pasangan untuk bergerak dengan keanggunan yang terkontrol, mencerminkan etiket dan status sosial yang kaku di lingkungan istana. Instruktur dansa seperti Domenico da Piacenza (sekitar 1390-1470) bahkan mulai mendokumentasikan langkah-langkah ini dalam risalah-risalah formal, menjadikan tarian sebagai disiplin yang serius.

Adaptasi dan penyempurnaan Tarian Abad Pertengahan ini menunjukkan pergeseran budaya dari ekspresi kolektif menuju presentasi individu yang terampil. Misalnya, dokumentasi dari Burgundian Basse Danse di Istana Adipati Burgundy pada tahun 1450-an menunjukkan bahwa tarian ini sering kali menjadi tontonan, bukan hanya partisipasi, di mana pasangan terpilih akan menampilkan koreografi rumit di hadapan penonton. Sebuah surat dari seorang duta besar Venesia pada 25 Juni 1488, menggambarkan sebuah pesta di Milan yang dihadiri oleh Adipati Ludovico Sforza, di mana Basse Danse dibawakan dengan “ketepatan yang luar biasa dan keheningan yang anggun,” menunjukkan betapa seriusnya tarian tersebut.

Penyebaran tarian ini juga didukung oleh migrasi para musisi dan master dansa di seluruh Eropa. Tarian Abad Pertengahan menjadi komoditas budaya yang mahal, di mana bangsawan akan mempekerjakan guru privat untuk mengajarkan anak-anak mereka tarian-tarian terbaru sebagai bagian dari pendidikan yang layak. Oleh karena itu, tarian lingkaran sederhana yang dulunya dilakukan oleh petani setelah bekerja bertransformasi menjadi seni yang terstruktur dan didokumentasikan, meletakkan dasar bagi bentuk-bentuk tari sosial Renaisans dan Balet yang akan datang.

Spread the love